Bagi yang pernah menonton
film Interstellar karya Christopher Nolan pasti tidak asing dengan
istilah lubang cacing ini. Walaupun imajinasi dalam film tersebut
terlalu jauh untuk direalisasikan saat ini, tapi beberapa hal memang
merupakan kenyataan sains, salah satunya adalah lubang cacing tersebut.
Ibaratkan
kita membuat lubang sejajar pada kertas kemudian kita melipatnya tepat
di tengah-tengah sehingga kedua lubang tersebut tepat bertemu. Lubang
cacing yang sebenarnya juga menekuk ruang tapi dalam bentuk 3 dimensi
hingga bentuk dari lubang cacing sendiri adalah bola sehingga jarak yang
ada diantara alam semesta menjadi lebih pendek.
Salah satu
ilmuwan yang mengungkapkan teori mengenai lubang cacing adalah Albert
Einstein. Einstein bersama asistennya, Nathan Rosesn menyakini bahwa
lubang cacing menghubungkan lubang hitam (blackhole) dengan lubang
putih. Mereka berdua berupaya membuat suatu model alam yang meliputi
semua kekuatan semesta. Atas dasar itu lubang cacing juga disebut
dengan Einstein-Rosen. Teori yang mereka kemukakan dimuat dalam sebuah
jurnal yang terbit pada tahun 1935. Isinya menjelaskan bahwa lubang
cacing dapat menghubungkan dua daerah yang terpisah oleh ruang dan
waktu.
Sayangnya, untuk saat ini lubang cacing tersebut masih
mustahil untuk dimanfaatkan dalam perjalanan antariksa. Lubang cacing
tersebut ternyata merupakan materi yang mudah runtuh, sehingga seseorang
tidak akan selamat ketika melewatinya. Secara teori, agar tidak runtuh,
kita harus memasukan materi bermuatan negatif untuk menopang agar
lubang cacing tidak runtuh. Materi bermuatan negatif tersebut
mengeluarkan semacam gaya anti-gravitasi yang memungkinkan lubang cacing
tetap bertahan.
Pertanyaannya kemudian adalah. Apakah ada materi
semacam itu? Jawaban yang diberikan oleh para fisikawan adalah “ada”,
namun hanya sesaat dan dalam jumlah yang sedikit. Jadi mencoba untuk
melewati lubang cacing dengan selamat agar perjalanan melintasi luar
angkasa menjadi lebih cepat untuk saat ini belum dimungkinkan.
EmoticonEmoticon